Wednesday, December 23, 2015

Kawasan Gunung Bromo

Akhir bulan Februari 2014 tepatnya tanggal 21-23 Februari 2014 saya dan teman-teman memanfaatkan libur akhir pekan untuk travelling di Kawasan Gunung Bromo dan Kawah Ijen. Tiket pesawat Makassar-Surabaya sudah saya beli setahun sebelumnya dengan harga promo pesawat Air-Asia pulang-pergi 90 ribu rupiah. Murah bukan??? Sayangnya, saat tulisan ini ditulis, Air Asia sudah menutup rute Makassar-Surabaya sejak tanggal 1 Juni 2014 bersamaan dengan penutupan rute Makassar-Bali.

Penerbangan Makassar-Surabaya ditempuh dalam waktu 1 jam 25 menit. Kali ini kami mendarat di Terminal 2 Bandara Internasional Juanda. Terminal 2 Juanda baru mulai beroperasi tanggal 14 Februari 2014 atau baru beroperasi sekitar seminggu sebelum saya datang. Karena masih baru, ada beberapa fasilitas yang belum beroperasi. Salah satu teman saya sampai kelaparan karena tidak menemukan penjual makanan saat menunggu kedatangan kami. Ditambah lagi saya juga lupa memberitahu supir mobil yang kami sewa untuk menjemput di Terminal 2 sehingga kami harus menunggu sopir yang sudah terlanjur ada di Terminal 1.

Untuk menuju kawasan Gunung Bromo dan Kawah Ijen kami menyewa mobil yang sudah kami pesan sebelumnya lewat internet. Kami menyewa mobil untuk 2 hari (sabtu, minggu) ditambah 2 jam (jumat) karena kami minta di jemput jam 10 malam. Waktu itu totalnya sekitar 887 ribu rupiah. Sekitar jam 11 malam, sopir tiba di Terminal 2. Kami segera meninggalkan bandara dan langsung melanjutkan perjalanan ke Kawasan Gunung Bromo. Di perjalanan kami berhenti di salah satu tenda tempat makan yang masih buka. Harga makanannya cukup murah dan rasanya pun enak. Untuk nasi, lauk(ayam/lele), lalapan dan teh/air mineral kami hanya menghabiskan 53 ribu untuk 5 orang. Di Makassar harga segitu paling cuma buat 2 orang.

Perjalanan dari Terminal 2 Bandara Juanda ke Kawasan Bromo memakan waktu sekitar 3-4 jam. Pak sopir memarkir mobil di dekat salah satu penginapan dan istirahat. Sementara itu kami melanjutkan perjalanan ke Pendakian I menggunakan mobil jeep yang disewa dengan harga 800 ribu rupiah patungan dengan traveller lain yang kami temui di jalan. Tidak lupa kami mengenakan jaket, sarung tangan, syal, dan kaos kaki tebal. Satu mobil jeep bisa diisi maksimal 8 orang. Setelah tanya-tanya dengan sopir jeep, ternyata harganya sebenernya 700 ribu, yang 100 ribu untuk yang nyariin jeep. Kami naik sekitar jam 3 pagi dan setengah jam kemudian sampai di lokasi tempat melihat matahari terbit. Sepertinya kami terlalu cepat sampai. Udara masih terasa sangat dingin sampai menembus jaket dan sarung tangan yang saya kenakan. Sebenarnya, di sini juga ada jasa persewaan jaket dengan harga 10 ribu rupiah tapi saya enggan menyewanya karena membayangkan telah dipakai banyak orang. Tempat duduk pun basah oleh embun sehingga enggan untuk duduk. Namun, karena lelah berdiri ditambah rasa kantuk karena belum tidur, akhirnya saya duduk juga.

Masih pada kedinginan

Menjelang jam 5 pagi, pengunjung sudah ramai. Pengunjungnya ternyata tidak hanya orang Indonesia. Ada orang korea, cina, malaysia, dan ada juga bule entah dari negara mana. Di lokasi juga tersedia tempat untuk sholat. Saat mengambil air wudhu tangan saya langsung kaku seperti saat tangan kelamaan memegang es batu. Tak lama kemudian, pagi pun tiba. Sayangnya, pagi itu matahari tidak bersinar cerah karena tertutup oleh kabut. Meskipun demikian, kami tetap mengabadikannya sebagai kenang-kenangan. Kami juga membeli beberapa makanan yang dijual seperti pisang goreng, jagung bakar, kentang tusuk dan pop mie untuk sarapan pagi. Setelah sarapan, kami melanjutkan perjalanan ke Pendakian 4. Di perjalanan, kami melihat pemandangan yang bagus dan meminta pak sopir untuk berhenti sebentar.


Cantiknya....

Di Pendakian 4, yang pertama kali dikunjungi adalah Kawah Gunung Bromo. Sayangnya, mobil jeep parkir agak jauh dari lokasi. Mungkin ini salah satu strategi pariwisata ini agar banyak yang menggunakan kuda untuk menuju kawah. Saat jeep berhenti kami langsung diserbu oleh bapak-bapak yang menawarkan kuda untuk membawa kami menuju kawah Gunung Bromo. Sopir jeep langsung memberikan kertas yang bertuliskan nama pemandu kuda untuk kami panggil namanya. Harga sekali naik kuda 100 ribu rupiah. Akhirnya teman-teman memutuskan untuk naik kuda dan menyimpan tenaga untuk besok saat pendakian di kawah ijen. Pemandu akan berjalan disamping kuda yang kita naiki sambil menuntun dan mengarahkan jalan yang harus dilewati kuda tersebut. Saya sempat takut jatuh saat berada di jalan berpasir yang menanjak. Kami turun dari kuda saat berada tepat di depan tangga naik ke kawah. Pemandu dan kudanya menunggu kami di dekat anak tangga agar kami mudah mencari saat akan turun menuju mobil jeep. Dari sini kita harus berjalan kaki sampai tepi kawah ditemani bau belerang yang mulai menyengat. Meskipun anak tangganya tidak sebanyak di Borobudur, namun saya tetap membuat saya harus istirahat sejenak di beberapa anak tangga.

Narsis di Gunung Bromo

Setelah selesai foto-foto kami diantar ke Bukit Telletubbies. Kenapa disebut bukit Telletubbies? Karena bukitnya sangat mirip dengan bukit tempat bermain para Telletubbies.

Mirip kan? Hehehe...

Setelah itu kami dibawa ke Pasir Berbisik. Nama ini diambil dari judul film yang pernah memakai lokasi tersebut untuk shooting.

 Pasir berbisik

Setelah itu kami kembali menuju ke dekat penginapan dimana pertama kami dijemput. Karena sudah jam 09.30 kami segera melanjutkan perjalanan menuju Kawah ijen agar tidak kemalaman sampai disana.