Friday, June 21, 2013

Kuala Lumpur Hari Pertama (2) : Petronas Twin Tower

Petronas Twin Tower
 
Dari Stasiun Pasar Seni ada dua cara untuk menuju Menara Kembar Petronas. Kita bisa naik LRT dan turun di Stasiun KLCC (Kuala Lumpur City Centre) atau naik bus gratis yang ada tulisannya 'GO KL'. Selain ber AC, bus ini juga sudah dilengkapi dengan wifi sehingga cukup bersahabat dengan para traveller. Bus ini beroperasi dari jam 6 pagi sampai jam 11 malam dengan interval kedatangan sekitar 5 sampai 15 menit.

Free Bus 'Go KL'
Bus Go KL memiliki dua jalur yaitu purple line (Pasar Seni - Bukit Bintang) dan green line (KLCC - Bukit Bintang). Meskipun nama jalurnya purple line dan green line, namun warna bus nya tetap sama yaitu warna ungu. Tidak ada bus yang warna hijau. Yang membedakan hanya tulisan rute yang tertera di bagian depan bus apakah dia purple line ataukah green line. Bus yang melewati Pasar Seni adalah purple line sedangkan yang melewati KLCC adalah green line. Jadi, Jika menggunakan bus Go KL dari Pasar Seni ke KLCC harus transit dari bus purple line ke bus green line. Terdapat 5 tempat transit bus Go KL yaitu di The Weld, Wisma Lim Foo Yong, Pavillion, Starhill Gallery, dan Bukit Bintang.



Jalur Bus Go KL
Waktu itu saya belum tahu jika harus transit untuk sampai KLCC sehingga harus jalan kaki lumayan lama dan cukup melelahkan. Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya sampai juga di menara kembar Petronas.

Narsis dulu sambil melepas lelah
Petronas Twin Tower (Menara Kembar Petronas) tingginya mencapai 451,9 meter dan mempunyai 88 lantai. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Amerika Serikat yang bernama Cesar Pelli. Menara kembar ini adalah bangunan tertinggi di dunia sejak 1998 sampai 2004, kemudian dikalahkan oleh Taipei 101 (Taipei World Financial Center) yang tingginya mencapai 509 meter. Meskipun begitu, Menara Petronas sampai sekarang masih merupakan menara kembar tertinggi di dunia. Kedua menara ini dihubungkan oleh jembatan yang disebut Skybridge pada lantai 41 dan 42.

Menara ini dibuka untuk umum tiap hari Selasa - Minggu, sedangkan hari Senin tidak buka karena digunakan untuk perawatan gedung. Untuk naik ke menara ini, pengunjung harus membayar tiket yang cukup mahal. Antriannya pun sudah panjang sejak pagi hari sebelum loket penjualan tiket dibuka. Selain Skybridge, pengunjung juga dapat mengunjungi Observation Deck yang ada di lantai 86. Sayangnya, tiket terusan untuk memasuki kedua tempat tersebut cukup mahal. Pengunjung harus membayar tiket seharga RM80 untuk dewasa dan RM30 untuk anak-anak. Saat ini sudah tersedia pembelian tiket online dapat dibeli di https://eticket.petronastwintowers.com.my/

Petronas Twin Tower
Melihat harganya yang cukup mahal, kami mengurungkan untuk membeli tiket naik ke menara. Kami memutuskan untuk melihat menara Petronas di malam hari dari taman Suria KLCC agar bisa sekalian melihat pertunjukan air mancur. Pertunjukan air mancur di diadakan setiap hari pada pukul 21.00 waktu setempat dan hanya berlangsung selama 4 menit. Jadi, jika ingin melihatnya datanglah lebih awal agar tidak ketinggalan. Pertunjukan ini cukup menarik sehingga membuat kami datang lagi besok malamnya.

 Pertunjukan air mancur di taman Suria KLCC

Nah... ini dia pertunjukan air mancur yang berhasil saya rekam.



Setelah puas foto-foto dan menyaksikan pertunjukan air mancur, kami segera mencari tempat makan di mall Suria KLCC. Sayangnya, banyak tempat makan yang sudah tutup mengingat waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam. Tempat makan yang masih buka hanya KFC, Pizza Hut dan tempat makan cepat saji sejenisnya. Mengingat kami belum makan dari pagi karena keasyikan jalan-jalan, maka kami memilih tempat makan yang menyediakan nasi. Pilihan jatuh pada KFC. Harga makanan di KFC Kuala Lumpur tidak jauh berbeda dengan harga makanan di KFC Indonesia. Untuk menu juga terdapat sedikit perbedaan. Di Kuala Lumpur, kita tidak akan menjumpai nasi putih di KFC karena yang disediakan adalah nasi lemak yaitu nasi yang sudah diberi bumbu. Selain itu, sausnya juga terdiri dari 3 jenis yaitu saus sambal, saus tomat dan saus Thailand. Sayangnya, ketiga jenis saus itu tidak ada yang cocok dengan lidah saya. Rasa saus sambalnya pun berbeda dengan yang ada di Indonesia. Setelah selesai makan, kami segera kembali ke penginapan karena sudah capek jalan-jalan seharian dengan naik LRT.


Baca Juga:
Makassar - LCCT - KL Sentral
Kuala Lumpur Hari Pertama (1) : Batu Caves
Kuala Lumpur Hari Kedua : Putrajaya
Kuala Lumpur Hari Ketiga : Genting Highlands
Kuala Lumpur - Makassar

 

Kuala Lumpur Hari Pertama (1) : Batu Caves

Setelah check in di hotel dan istirahat sejenak, kami langsung memulai acara jalan-jalan di Kuala Lumpur. Tujuan pertama kami adalah Batu Caves. Dari Stasiun Pasar Seni kita harus menyeberang jembatan menuju Stasiun Kuala Lumpur untuk naik kereta KTM Komuter jurusan Batu Caves. Harga tiket KTM Komuter untuk rute Kuala Lumpur menuju Batu Caves sebesar RM1. Akan tetapi, rute kembalinya dari Batu Caves menuju Kuala Lumpur harga tiketnya lebih mahal yaitu RM2 meskipun melalui jalur yang sama. Pada saat itu sedang ada perbaikan jalur kereta KTM antara Stasiun Putra sampai Stasiun Sentul sehingga kereta hanya bisa sampai Stasiun Putra. Penumpang yang akan menuju Stasiun Batu Caves disediakan shuttle bus gratis dari Stasiun Putra menuju Stasiun Sentul. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan kembali menggunakan KTM Komuter dari Stasiun Sentul menuju Stasiun Batu Caves.

Batu Caves merupakan bukit kapur yang memiliki serangkaian gua, yang didalamnya terdapat kuil Hindu yang digunakan untuk menyembah Dewa Murugan. Kuil ini didirikan oleh K. Thamboosamy Pillai, seorang pedagang India sekitar tahun 1890. Menurut kepercayaan orang Tamil, Dewa Murugan adalah dewa perang dan pelindung negeri Tamil, Tamil Nadu, India. Gua ini juga digunakan sebagai pusat perayaan Thaipusam  yang dilaksanakan pada bulan 'Thai' bulan kesepuluh dalam kalendar Tamil (sekitar akhir Januari atau awal Februari). Menurut kepercayaan mereka, Hari Thaipusam merupakan hari menunaikan nazar dan menebus dosa atau memohon ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan selama ini.

Begitu keluar dari stasiun kita langsung bisa melihat Patung Hanoman yang tingginya sekitar 15  meter. Untuk memasuki kawasan Batu Caves kita tidak perlu membayar tiket masuk alias gratis. Patung Hanoman berada di sebelah kiri pintu masuk berdekatan dengan Ramayana Cave. Sayangnya, saat itu Ramayana Cave sedang direnovasi sehingga tidak dibuka untuk umum.

Patung Hanoman (Foto : panoramio.com)


Sebelum sampai ke gua utama, kita dapat melihat pemandangan kolam ikan dengan taman yang indah. Taman ini berada di sekeliling Museum Cave dan Art Galery Cave yang penuh berisi patung dan lukisan-lukisan tentang dewa-dewa Hindu dan kehidupan Dewa Murugan. Kedua tempat ini dikelilingi oleh taman-taman, kolam ikan, taman burung dengan lebih dari 50 jenis burung dan Reptile Galore yang berisi 100 jenis reptile termasuk ular, kadal bahkan buaya.

Taman di sekitar Museum Cave dan Art Galery Cave

Gua terbesar di kawasan ini disebut Cathedral Cave atau Temple Cave yang berada sekitar 100 meter dari pintu masuk berlawanan arah dengan Ramayana Cave. Di samping pintu gerbang menuju gua ini terdapat Patung Dewa Murugan yang tingginya mencapai 42,7 meter. Untuk mencapai gua ini kita harus melewati 272 anak tangga. Saat mendaki anak tangga, terlihat banyak monyet-monyet berkeliaran. Monyet-monyet liar itu tidak segan-segan merebut barang bawaan pengunjung terutama makanan atau apa saja yang kelihatan seperti makanan. Jadi berhati-hatilah!

Patung Dewa Murugan


272 Anak Tangga menuju Temple Cave

Keadaan di dalam gua hampir sama dengan gua pada umumnya. Bedanya, di gua ini terdapat kuil yang digunakan untuk sembahyang umat Hindu seperti yang ada di film India. Saat itu banyak penduduk keturunan India yang sedang sembahyang di kuil. Sebagai pemeluk agama lain sepertinya tidak seharusnya berada di sekitar situ sehingga kami segera turun setelah istirahat sejenak.

Salah Satu Sudut Temple Cave

Setelah melepas dahaga dengan es kelapa muda, kami segera menuju stasiun untuk melanjutkan perjalanan ke Petronas Twin Tower dengan KTM Komuter. Suasana di kereta cukup sepi. Dalam gerbong kami, tidak ada orang lain selain kami bertiga sehingga terasa seperti kereta pribadi. Kami turun di Stasiun Kuala Lumpur kemudian jalan kaki sebentar menuju Stasiun Pasar Seni.


Baca Juga:
Makassar - LCCT - KL Sentral
Kuala Lumpur Hari Pertama (2) : Petronas Twin Tower
Kuala Lumpur Hari Kedua : Putrajaya
Kuala Lumpur Hari Ketiga : Genting Highlands
Kuala Lumpur - Makassar