Tuesday, April 23, 2013

Makassar - LCCT - KL Sentral


Ini merupakan pengalaman pertama saya ke Luar Negeri. Kuala Lumpur adalah tujuan jalan-jalan kami mengingat harga yang ditawarkan lumayan murah. Selain itu, saat ini juga sudah bebas visa untuk memasuki Negara Malaysia. Dengan harga 698.000 IDR kita sudah dapat tiket pesawat promo Air Asia tanpa bagasi pulang-pergi Makassar-Kuala Lumpur-Makassar untuk penerbangan 9-12 Maret 2013. Saat itu saya pergi bertiga bersama teman. Karena pesawat akan terbang pukul 06.35, jadi kami sudah berangkat menuju bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebelum subuh.

Berbekal Boarding Pass hasil check-in online yang sudah kami cetak beberapa hari sebelum keberangkatan, kami langsung menuju ke counter check-in Air Asia untuk membayar Airport Tax sebesar 100.000 IDR. Jangan lupa siapkan paspor untuk pemeriksaan. Bagian imigrasi berada tepat sebelum kita memasuki ruang tunggu untuk penerbangan Internasional sehingga setelah mendapatkan cap dari imigrasi, kita harus langsung masuk ruang tunggu. Berbeda dengan penerbangan domestik, untuk memasuki ruang tunggu penerbangan Internasional kita tidak boleh membawa cairan lebih dari 100 ml sehingga terpaksa kami harus membuang minuman yang baru diminum beberapa teguk.

Di pesawat Air Asia terdapat dua jenis tempat duduk yaitu tempat duduk biasa dan hot seat. Hot seat ditandai dengan warna merah pada sandaran kursinya. Hot seat berada di kursi nomor 1-5, 12 dan 14. Untuk duduk di hot seat dikenakan biaya 95.000 IDR. Selain penumpang hot seat, penumpang lain dilarang untuk duduk disitu meskipun kosong. Pramugari tidak akan segan-segan untuk mengusir penumpang lain yang berani duduk disitu. Untuk makanan, tentunya akan lebih murah harganya dan lebih bervariasi menunya jika dibeli online bersamaan dengan pembelian tiket pesawat. Mereka yang sudah memesan makanan online juga akan dilayani terlebih dahulu.

Keadaan di dalam pesawat Air Asia (Foto: blog.penyubiru.com)

Penerbangan Makassar-Kuala Lumpur ditempuh dalam waktu 3 jam 10 menit. Tidak ada perbedaan waktu antara Makassar dan Kuala Lumpur. Keduanya sama-sama menggunakan GMT+8. Padahal kalo dilihat letak astronomisnya harusnya Kuala Lumpur menggunakan GMT+7. Jadi, jangan heran kalo jam 06.00 di Kuala Lumpur baru masuk waktu subuh. Malaysia mulai menggunakan satu zona waktu yaitu GMT+8 sejak tahun 1982 untuk menyamakan waktu antara Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur (yang ada di Pulau Kalimantan).


Di Kuala Lumpur terdapat dua bandara yaitu KLIA (Kuala Lumpur International Airport) dan LCCT (Low Cost Carrier Terminal). KLIA merupakan bandara utama di Kuala Lumpur yang diperuntukkan bagi Full Board Airlines seperti Garuda Indonesia, Singapure Airlines, dll. Disebut Full Board Airlines karena dalam tiket pesawat sudah termasuk fasilitas makan, bagasi dan asuransi. Sementara itu, LCCT dikhususkan untuk Budget Airlines (Low Cost Airlines) seperti Air Asia. Disebut Budget Airlines karena harga yang ditawarkan hanya harga tiket pesawat saja, sedangkan untuk mendapatkan makan, bagasi, dan asuransi dikenakan biaya tambahan. Karena kami menggunakan Air Asia, kami turun di LCCT. (*mulai 9 Mei 2014 Air Asia pindah bandara dari LCCT ke KLIA2)

Setibanya di bandara, kami langsung menuju bagian imigrasi. Karena ini pertama kali saya tiba di luar negeri, jadi diperlukan sidik jari. Di Malaysia, sidik jari yang diambil adalah kedua jari telunjuk kanan dan kiri secara bersamaan. Di bandara juga ada counter yang menjual simcard Malaysia seperti hotlink dan tunetalk. Saya lebih merekomendasikan hotlink. Di counter hotlink, sebelum membeli simcard penjualnya akan memilihkan kartu dengan tarif termurah disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Waktu itu teman saya membeli kartu yang murah untuk panggilan ke Indonesia dengan harga RM15 yang telah berisi pulsa RM10. Dan ternyata benar, pulsanya tidak habis sampai kami kembali ke Indonesia, padahal sudah digunakan untuk ngobrol lama. Tarifnya berbeda dengan kartu hotlink yang saya beli di kios biasa. Mungkin ada yang kode khusus untuk mendapatkan tarif murah itu. Jadi saya sarankan untuk membeli kartu hotlink di bandara saja. Sebelum keluar dari bandara, tidak lupa kami meminta peta di bagian Tourism Information Centre di dekat pintu keluar bandara. 

Dari LCCT menuju ke KL Sentral terdapat 2 jenis bus yang bisa dipilih yaitu Aerobus dan Skybus (punya Air Asia). Harga tiket Aerobus RM8 untuk dewasa dan RM4 untuk anak-anak. Sementara itu, harga Skybus LCCT-KL Sentral sedikit lebih mahal yaitu RM9 untuk dewasa dan RM4 untuk anak-anak. Tentunya kami pilih yang lebih murah yaitu Aerobus. Tiket Aerobus bisa dibeli di counter bandara (sebelum pintu keluar), bisa juga sebelum naik bus. Sementara itu, tiket Skybus bisa dibeli online bersamaan saat membeli tiket pesawat Air Asia atau saat di dalam bus. Jadwal keberangkatan dan harga tiket terbaru Aerobus bisa dilihat di http://www.lcct.com.my/transportation/aerobus/about-aerobus sedangkan untuk Skybus bisa dilihat di http://skybus.com.my/skybus/. Perjalanan dari LCCT ke KL Sentral ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam.

Aerobus (Foto: Simon Hung)

Skybus (Foto: http://www.lcct.com.my)

KL Sentral merupakan sebuah pusat konektivitas antarmoda transportasi terbesar di Malaysia, bahkan di Asia Tenggara. KL Sentral resmi beroperasi pada tahun 2001. Dari delapan jalur kereta api yang melayani Kuala Lumpur, enam di antaranya melalui KL Sentral. Tidak hanya itu, sejumlah layanan kereta api antarkota yang melayani beberapa tujuan ke Bangkok dan Singapura pun berangkat dari KL Sentral. Bahkan KL Sentral pun menjadi tujuan beberapa bus dengan tujuan tertentu. Memasuki KL Sentral, Anda akan merasa seperti berada di dalam sebuah mal dengan aneka makanan hingga restoran cepat saji seperti Mc Donald. Ada pula beberapa toko yang menjual cinderamata, perlengkapan travelling hingga convenient store.

Peta Jalur Kereta Api di Kuala Lumpur (http://www.stesensentral.com)

Saya begitu terpukau dengan sarana transportasi massal di Kuala Lumpur. Mulai dari pembelian tiket sampai jadwal kedatangan kereta dilakukan oleh mesin. Saat membeli tiket, kita tidak perlu mengantri di loket karena di stasiun sudah tersedia mesin khusus untuk membeli tiket. Kita tinggal memilih stasiun tujuan di layar touchsreen dan mesin secara otomatis menghitung berapa harga tiketnya. Kemudian kita cukup memasukkan uang dan mesin akan mengeluarkan tiket beserta uang kembalian. Harga tiket tergantung dari jarak dekatnya stasiun tujuan. Tiket ada yang berupa koin plastik, lembaran kertas dan lembaran plastik. Saat akan masuk stasiun kita tinggal menempelkan tiket pada mesin sensor dan palang pintu akan terbuka secara otomatis. Sementara itu, saat akan keluar dari stasiun tujuan, kita tinggal memasukkan tiket ke dalam mesin. Kita tak perlu menunggu lama karena setiap beberapa menit ada LRT yang singgah. Pintu LRT juga terbuka secara otomatis. Tak peduli apakah banyak penumpang atau tidak, yang jelas LRT ini akan kembali berjalan sesuai dengan jadwalnya.

Membeli tiket di mesin (Foto: rujak06.wordpress.com)

Tiket LRT

Penginapan yang akan kami tempati berada di kawasan Chinatown sehingga dari Stasiun KL Sentral kami naik LRT tujuan Gombak dan turun di Stasiun Pasar Seni. Dari stasiun kami cukup jalan kaki sekitar 5 menit menuju penginapan. Kami menginap di Hotel Petaling yang sudah kami pesan sebelumnya melalui agoda. Harga penginapan ini cukup murah dengan fasilitas yang lumayan untuk kalangan backpacker seperti kami. Untuk kamar triple harga per malamnya hanya RM76. Kamar ini juga dilengkapi dengan private bathroom. Murah bukan? Di tempat lain, dengan harga segitu biasanya kamarnya masih shared bathroom.  Saya agak bingung dengan papan penunjuk jalan di Kuala Lumpur sehingga bertanya dengan penduduk lokal di mana letak Jalan Petaling. Ternyata Jalan Petaling dipadati penjual baik siang maupun malam. Hotel Petaling berada sekitar 15 meter setelah habisnya penjual (setelah perempatan).

Suasana di Jalan Petaling
Tampilan luar Hotel Petaling (Foto: www.agoda.com)