Setelah tiga hari jalan-jalan di Kuala Lumpur, saatnya kami kembali ke Indonesia tepatnya ke Makassar. Kami harus bangun lebih awal karena penerbangan kami pukul 10.10. Sekitar pukul 06.00 kami sudah keluar dari penginapan dan segera menuju Stasiun Pasar Seni untuk naik LRT paling pagi menuju KL Sentral. Sesampainya di sana, ternyata pintu Stasiun masih tertutup. Kami harus menunggu sekitar 10 menit sebelum petugas membuka pintu Stasiun. Tak lama kemudian, LRT pun datang dan kami segera naik. Sesampainya di KL Sentral, kami langsung menuju ke tempat bus yang akan menuju bandara LCCT. Pagi itu, bus yang siap menuju bandara LCCT adalah Skybus dengan harga RM10 per orang. Tepat pukul 06.30 bus berangkat menuju bandara LCCT. Perjalanan pagi itu cukup cepat karena hanya memakan waktu sekitar 1 jam dari KL Sentral menuju LCCT. Sesampainya di LCCT, kami segera mencari tempat makan karena belum sempat sarapan sebelumnya.
Di bandara LCCT, counter check-in bagasi sudah dibuka 3 jam sebelum penerbangan. Sebelum ke counter check-in bagasi, kami timbang dahulu barang-barang yang akan dibagasikan mengingat kami hanya membeli satu bagasi ukuran 20kg untuk menampung barang-barang kami bertiga. Sisanya kami bawa ke kabin karena harga bagasi Air Asia cukup mahal jika membeli langsung di bandara. Tarif bagasi Air Asia yang dibeli langsung di bandara bahkan mencapai lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan tarif bagasi yang dibeli online bersamaan dengan pembelian tiket ataupun pada saat web check-in (pre-book). Harga bagasi Air Asia yang dibeli langsung di bandara untuk penerbangan Kuala Lumpur-Makassar Rp315.000,- untuk bagasi ukuran 20kg. Sementara itu, untuk kelebihan bagasi dikenakan biaya Rp155.000,- per kg. Mahal bukan??? Padahal, bagasi yang dibeli online saat pembelian tiket atau saat melakukan web check-in (pre-book) harganya hanya Rp145.000,-. Untuk mengetahui tarif terbaru yang berlaku di Air Asia bisa dilihat di http://www.airasia.com/id/id/our-fares/fees-and-charges.page# Karena itu, pada saat pembelian tiket online disarankan agar lebih cermat memperkirakan berat bagasi yang dibutuhkan sehingga kita tidak perlu membeli bagasi di bandara dan tidak perlu membayar biaya kelebihan bagasi yang mahal itu. Kami harus antri cukup lama karena waktu itu hanya di buka satu counter check-in bagasi untuk menangani seluruh penerbangan ke Indonesia.
Di bandara LCCT, kita tidak perlu lagi membayar airport tax karena dalam tiket Air Asia sudah termasuk biaya Airport Tax. Jadi, jika kita sudah melakukan check-in online dan tidak membawa bagasi, kita bisa langsung menuju ruang tunggu setibanya di bandara. Di pintu masuk ke ruang tunggu, petugas akan memeriksa tiket dan paspor. Barang bawaan yang diperbolehkan dibawa masuk ke kabin meliputi sebuah ransel (tas punggung) dan satu tas jinjing atau koper yang tidak boleh melebihi ukuran/dimensi dan berat yang telah ditetapkan (berat maksimal 7kg). Petugas akan menegur penumpang yang barang bawaannya terlihat banyak. Di boarding pass yang dicetak melalui check-in online di internet tidak tertulis kita akan menuju pesawat melalui pintu berapa. Namun, kita tidak perlu khawatir karena di setiap pintu keluar sudah tertulis nama kota tujuan penerbangan kita. Pada saat akan menuju pesawat, petugas akan memeriksa kembali paspor dan tiket kita.
Di dalam pesawat, kita diwajibkan untuk mengisi formulir mengenai barang-barang yang kita bawa apakah ada barang-barang terlarang yang kita bawa atau tidak dan apakah barang-barang yang kita bawa jumlahnya melebihi ketentuan yang telah ditetapkan bea cukai. Formulir yang sudah diisi kemudian diserahkan ke bea cukai saat tiba di Makassar. Setibanya di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, kami sempat mengeluh dengan pelayanan di bandara mengingat perbedaan pelayanan yang diberikan yang kalah jauh jika dibandingkan dengan di LCCT. Kami harus antri cukup panjang saat pemeriksaan paspor karena hanya ada dua loket yang dibuka untuk menangani ratusan penumpang. Kemudian, saat menyerahkan formulir bea cukai yang sudah diisi di dalam pesawat, dilakukan lagi pemeriksaan paspor yang menurut saya tidak perlu. Parahnya lagi, petugas yang memeriksa cuma satu dan petugas yang lain hanya berdiri memperhatikan saja.
Akhirnya, acara jalan-jalan di Kuala Lumpur berakhir sampai di sini dan saatnya kembali ke rutinitas semula. Total biaya yang saya keluarkan selama 4 hari 3 malam yaitu dari tanggal 9-12 Maret 2013 di Kuala Lumpur sekitar 2,5 juta rupiah. Sudah termasuk pengeluaran untuk tiket pesawat pulang-pergi Makassar-Kuala Lumpur-Makassar, oleh-oleh untuk teman-teman dan keluarga di Indonesia serta biaya penginapan, konsumsi, transportasi dan tiket masuk wahana selama di Kuala Lumpur. Saat itu, kurs mata uang ringgit terhadap rupiah yang berlaku adalah 1RM = Rp3.180,-
Baca Juga:
Makassar - LCCT - KL Sentral
Kuala Lumpur Hari Pertama (1) : Batu Caves
Kuala Lumpur Hari Pertama (2) : Petronas Twin Tower
Kuala Lumpur Hari Kedua : Putrajaya
Kuala Lumpur Hari Ketiga : Genting Highlands